Thursday, April 4, 2013

Taman Surga

sumber gambar : dari sini

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.

Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang tugasnya terbang untuk mencari majelis-majelis ilmu. Jika mereka telah mendapatkanya maka mereka akan duduk untuk menaungi majelis tersebut”. [Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.” Lihat takhrij lengkapnya dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 2562).]

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Semoga kita bisa mensyukurinya dengan menjadikannya sebagai jalan menuju ridlo-Nya.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mendengar tausyiah Syaikh Saad Al Ghomidi, Imam masjidil haram, saat beliau hadir dalam acara Wisuda Al Qur'an yang diprakarsai oleh Ust. Yusuf Mansur. Emang saya hadir? ya nggaklah, lha wong saya ada di belgia...hehe. Trus? Alhamdulillah ada yang merekam dan berbagi di youtube. Salah satu nasehatnya adalah beliau meminta kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Nikmat apa? Nikmat bahwa kita diberi kesibukan bersama Al Qur'an, di saat yang lain disibukkan dengan urusan-urusan yang tidak jelas manfaatnya. Beliau juga menyebutkan bahwa sebesar-besar nikmat adalah ketika Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kita hidup bersama Al Qur'an. Allohu Akbar!

Hidup sebagai seorang muslim di sebuah negara yang mayoritas penduduknya non muslim adalah sebuah tantangan tersendiri. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa tantangan itu juga dialami oleh muslim yang tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya muslim tapi sudah tidak lagi meng-indah-kan nilai-nilai Islam, banyak pengaruh budaya barat, dsb. Islam tidak lagi dijadikan pegangan hidup, tapi sekedar status. Naudzubillahi min dzalik

Itulah yang sempat saya rasakan pada awal kehidupan di secuil tanah di Eropa. Di sini adalah bumi Allah juga, tetapi hati kerap menangis saat melihat kemaksiatan. Benarlah semboyan salah satu media radio islami online, "mempertahankan iman di tengah sahara kehidupan". Yup, bismillah...kokohkan keimanan. Luka hati dan dosa mata mulai terobati...saat lingkaran-lingkaran cinta itu mulai bersemi.

Lingkaran cinta? ya...lingkaran cinta. Ketika bersama saudara-saudari seiman duduk dalam majelis, bersama saling mengingatkan, saling menguatkan, saling berbagi, dalam nuansa cinta yang membara. Alhamdulillah... majelis-majelis pun digelar, baik secara offline maupun online, baik sebangsa maupun lintas bangsa. Seolah menemukan air di padang sahara atau mendapati cahaya di kegelapan malam....itu semua terasa sangat menentramkan, membahagiakan. bagaimana tidak? tentu saja karena Robb sang penguasa alam semesta yang telah menjanjikan. Dia menjanjikan sakinah (tentram) hadir di hati para penuntut ilmu.

Indahnya ukhuwah yang berbalut cinta pada Ilahi Robbi menjadikan diri ini senantiasa ingin memanjatkan syukur yang tiada terhingga pada Allah, tentunya dengan terus bersemangat dalam menguatkan iman, mencari ilmu, memahaminya, mengamalkannya dan menyampaikannya kepada yang lain. In syaa Allah ilmu ini akan terus mengalir dalam lingkaran-lingkaran yang tak terputus.


Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa SalIam bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Allah kepadaku seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak. Ada bumi yang keras yang menahan air kemudian dengannya Allah memberi manfaat kepada manusia. Mereka meminum dari air ter-sebut, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput. Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah kemudian mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. la belajar dan mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak bisa diangkat kedudukannya oleh petunjuk Allah, dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.
                                                (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).




Semoga Allah memberi ke-istiqomah-an kepada kita untuk selalu berada dalam kebaikan, menjadi bagian dari kebaikan dan penebar kebaikan. aamiin



Salam cinta untuk saudara-saudariku seiman di mana pun berada..

No comments:

Post a Comment