Saturday, May 3, 2014

Menggapai Keutamaan Sholat Berjama'ah

Dalam Al Qur'an, surat Al Baqarah (2) : 43, Allah berfirman :"Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang ruku'". Dalam ayat tersebut secara tersurat Allah memerintahkan kita untuk melaksanakan ibadah sholat. Bahkan di surat An Nisa (4) :102, Allah lebih mengarah lagi yakni menganjurkan kita untuk sholat berjama'ah.

Keutamaan untuk melaksanakan sholat berjama'ah ini tidak hanya ada dalam Al Qur'an, tetapi juga dalam hadits, diantaranya :



Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu Ta’ala ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih afdhal daripada shalat sendirian sebanyak 27 kali lipat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلاةُ الرَّجُلِ في جَمَاعةٍ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاتِهِ فِي بَيْتهِ وفي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا، وَذلِكَ أَنَّهُ إذَا تَوَضَّأ فَأحْسَنَ الوُضُوءَ، ثُمَّ خَرَجَ إلى المَسْجِدِ، لا يُخرِجُهُ إلاَّ الصَّلاةُ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّتْ عَنهُ بِهَا خَطِيئَةٌ، فَإذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ المَلائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ في مُصَلاَّهُ، مَا لَمْ يُحْدِث، تقولُ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيهِ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، وَلاَ يَزَالُ في صَلاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاَةَ
“Sesungguhnya shalat seseorang secara berjamaah dilipatgandakan 25 kali lipat daripada dia shalat di rumahnya atau di pasarnya. Jika dia berwudhu, kemudian dia baguskan wudhunya, dan dia tidak ke masjid kecuali dia hendak shalat, maka dia tidak melangkahkan satu langkah kakinya kecuali diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya. Dan jika dia shalat maka para malaikat senantiasa mendoakannya selama dia masih tetap di tempat shalatnya dan tidak berhadas. Para malaikat berkata, “Ya Allah angkatlah derajatnya, rahmatilah dia,” dan dia senantiasa dalam kondisi shalat selama dia menunggu shalat berikutnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim dan hadits ini lafadz Al-Bukhari)

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah pernah melihat ada seseorang yang sholat sendirian. Beliau bersabda, " Tidakkah ada yang bersedekah kepada orang ini?"(HR Abu Daud) Hadits inimenunjukkan bolehnya mengulang sholat untuk mendapatkan pahala jama'ah. Atau sebaiknya ditunggu untuk berjamaah, jika memungkinkan waktunya.

Betapa besar keutamaan sholat berjamaah dibandingkan sholat munfarid (sendirian). Masihkah kita enggan melakukannya? semoga tidak :-)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita melakukan sholat berjamaah, agar ibadah kita diterima dan meraih keutamaannya :
1. Saat makmum berniat untuk berjamaah, artinya makmum berjanji untuk mengikuti setiap gerakan (sholat) yang dilakuakan oleh imam, tidak boleh mendahuluinya.
2. Jika imam melakukan kesalahan, maka makmum harus mengingatkan. Untuk laki-laki, mengingatkannya dengan mengucak "subhanalloh". Untuk perempuan, mengingatkannya dengan memukulkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri. JIka sudah mengingatkan 3 kali, namun imam tidak menghiraukannya. Tetap ikuti imam, karena sudah gugur kewajiban untuk mengingatkannya.
3. Agar dapat mengikuti gerakan imam dengan baik, maka dipersyaratkan bagi makmum agar dapat melihat langsung/melihat shaf depannya/mendengar suara imam. Dan tidak dianjurkan jaraknya terlalu jauh.
4. Tempat berdiri makmum tidak boleh di depan imam. Shaf atau barisan sholat itu hendaknya rapat dan rapi. 
5. Imam berada di tengah-tengah makmum.
6. Jika menjadi makmum masbuk (makmum yang datang terlambat), langsung saja bergabung di jama'ah. Langsung ikuti gerakan imam, dan kalau ada kekurangan rakaat, tinggal ditambahkan ba'da imam salam. Untuk dihitung satu rakaat penuh, setidaknya makmum mendapatkan ruku' bersama imam. Jika makmum bergabung setelah imam ruku', maka tidak dihitung rakaat tersebut.

Aturan barisan (shaf) dalam sholat dapat dilihat dari gambar di bawah ini.



Demikianlah semoga kita mendapatkan keutamaan sholat berjama'ah.

Wallohu a'lam bish showab

Thibbun Nabawi

Thibbun Nabawi dapat didefinisaikan dengan sederhana sebagai pengobatan cara Nabi.

Adapun definisi yang lebih detail dari Thibbun Nabawi, adalah sebagai berikut :
1. Pengobatang dengan alat, bahan, metode seperti yang digunakan di zaman Nabi SAW.
2. Pengobatan yang diamalkan oleh Nabi dan pengikutnya (para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dst). Istilah thibbun nabawi sendiri baru timbul di jaman Ibnul Qayyim Al Jauziah, karena di jaman nabi tidak ada pemisahan atara ilmu agama dan lainnya.
3. Pengobatan yang menjaga akal, jiwa, jasad dan kehormatan manusia.
4. Pengobatan yang tidak dicampuradukkan dengan syirik, khurafat, haram atau pun bid'ah.
5. Pengobatang yang menjadikan Allah sebagai penyembuh dan tidak mengurangi ketaqwaan.

Klasifikasi Thibbun Nabawi :
1. non invasif (tidak melukai tubuh)
a. non material (Ilahiyah) : aqidah, ibadah, ruqyah syar'iyyah, do'a dan dzikir, siroh atau pola hidup Rasulullah
b. material alam : terapi herbal (misal dengan habatus sauda', madu, minyak zaitun, dst)
2. invasif (melukai tubuh)
a. siasur / operasi pembedahan
b. hijamah / bekam
c. ke : pengobatan dengan api dan besi panas --> pengobatan ini sudah dilarang oleh Nabi
d. lasah : ortopedi (gips)
e. tadlik : infus, suntik

Keistimewaan Al Qur'an


sumber dari sini

Al Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.

Al Qur'an ini memiliki fungsi:
1. Membuktikan kebenaran ke-Rasul-an Muhammad SAW
--> Kaum kafir Quraisy berangkapan bahwa Al Qur'an adalah butan Muhammad, bukan wahyu Allah. maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk menyampaikan tantangan :
a. tantangan yang pertama adalah membuat yang semisal dengan Al Qur'an (QS At Tuur (52) :34)
b. tantangan kedua (karena tantangan pertama tidak ada yang bisa) adalah membuat sepuluh surat yang semisal dengan Al Qur'an (QS Hud (11) : 13)
c. tantangan ketiga (karena tantangan kedua tidak ada yang bisa) adalah membuat sebuah surat yang semisal dengan Al Qur'an (QS Yunus (10) : 38)
d.  tantangan keempat (karena tantangan ketiga tidak ada yang bisa) adalah membuat satu surat yang semisal dengan Al Qur'an (QS Al Baqarah (2) : 23)
Kesimpulannya, pada akhirnya tidak ada yang sanggup membuat yangs erupa dengan Al Qur'an (QS Al Isra' (17) : 88)
2. Fungsi utamanya adalah sebagai pertunjuk untuk manusia (QS Al Baqarah (2) : 2), dimana di dalamnya berisi inti pokok ajaran Islam, syariah, ibadah, muammalah.

Syarat / Aspek kemukjizatan Al Qur'an :
1. Aspek keindahan dan ketelitian  redaksi
misalnya adalah jumlah kata dan lawan katanya adalah sama banyaknya, begitu juga dengan persamaan katanya (sinonim).
2. Aspek pemberitaan hal yang ghoib
 misalnya, adalh kisah Fir'aun dalam Al Qur'an, surat Yunus (10) ayat 90-92. Dalam ayat-ayat ini menceritakan ttg bagaimana Allah mengawetkan jasad Fir'aun untuk diambil pelajaran. Dalam sejarah disebutkan bahwa Fir'aun hidup sekitar 1200 SM dan jasadnya baru diketemukan pada tahun 1908.
3. Aspek isyarat ilmiah
misalnya, dalam Al Qur'an dalam surat An Nisa (4) : 56 menceritakan derita orang yang disiksa dalam neraka. Hal ini juga mengungkap tentang lapisan kulit manusia yang baru belakangan ini ditemukan oleh para ahli biologi.

Al Qur'an ini adalah wahyu Allah yang terjamin ke-otentik-annya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Hijr (15) : 9.

Berinteraksi dengan Al Qur'an :
- membaca
- memahami
- mengamalkan, dijadikan pedoman hidup

Kebanyakan dari manusia bercita-cita untuk menjadi orang yang SUKSES. Apakah sukses itu? Sukses bisa didefinisikan sebagai dapat menikmati apa-apa yang orang lain tidak dapat menikmati. Dan untuk meraihnya sudah barang tentunya perlu pengorbanan. Lakukanlah apa yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang.

Monday, March 10, 2014

Kisah "In syaa Allah"

Pertama, Kisah Nabi Sulaiman yg digambarkan dalam Hadist yang diriwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Nabi Sulaiman memiliki enam puluh orang istri. Suatu hari ia berkata: Malam ini aku akan menggauli semua istriku satu-persatu, sehingga masing-masing mereka akan mengandung dan melahirkan seorang anak lelaki yang perkasa dalam menunggang kuda untuk berjuang di jalan Allah. Ternyata tidak seorang istri pun yang mengandung kecuali hanya satu yang melahirkan bayi setengah manusia. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Seandainya Sulaiman mengucapkan "insya Allah", pasti masing-masing mereka akan melahirkan seorang anak lelaki yang perkasa dalam menunggang kuda untuk berjuang di jalan Allah. (Shahih Muslim No.3123)

Kedua, didalam QS Al-Kahf (18) : 23-24, yang artinya :
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "aku pasti pasti melakukan itu besok pagi,
kecuali (dengan mengatakan): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat kebenarannya daripada ini".

Menurut riwayat, ada bebeapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, tentang roh, kisah Ashabul Kahf (Penghuni gua) dan kisah dzulqarnain, lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan kepadamu. Dan beliau tidak mengucapkan Insya ALLAH (atinya jika ALLAH menghendaki). Tapi rupanya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 diatas, sebagai pelajaran kepada nabi : ALLAH mengingatkan pula bilamana nabi lupa menyebut Insya ALLAH haruslah segera menyebutnya kemudian.

Ketiga, Pemilik Kebun dalam QS. Al-Qalam (68) :17-33
Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil) nya di pagi hari,
Tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan: "Insya Allah")
lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,
maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita* (Maka terbakarlah kebun itu dan tinggallah arang-arangnya sepeti malam).
lalu pada pagi hari mereka saling memanggil: "Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasilnya".
Maka merekapun berangkat sambil berbisik-bisik: "Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu".
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
Maka, Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat, bahkan kita tidak memperoleh apapun"
Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)?"* (mensyukuri nikmatnya dan tidak meniatkan sesuatu yang bertentangan dengan Perintah Allah. Seperti : meniatkan tidak akan memberi fakir miskin.
Mereka mengucapkan: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang Zalim".
Lalu meraka saling berhadapan dan saling berhadapan.
Mereka berkata: " celakalah kita! sesungguhnya kita ini orang-orang yang melampaui batas".
Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.
Seperti itulah azab (di dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.

:: Dinukil dari AL-QUR'AN dan HADIST.
semoga, kita termasuk orang-orang yang tak lupa mengatakan In syaa Allah ketika berjanji ataupun bersumpah. "In syaa Allah."
sumber : dari sini

Sikap Muslim terhadap Musibah

Beberapa hari belakangan, sering kali kita mendengar kabar duka dari saudara-saudara kita di tanah air, khususnya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
Musibah-musibah yang datang silih berganti, perlu kita renungkan. Kita harus dapat mengambil pelajaran.

Mengapa Allah menguji kita?
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (QS Al Anbiya/21:35)
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah memberikan ujian untuk mengetahui siapa yang syukur atau yang ingkar dan siapa yang sabar atay putus asa. Maka sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap manusia itu tidak ada yang luput dari cobaa, kesusahan atau kesenangan.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, " Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya setiap urusan adalah baik. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur. Jika ia mendapat bagaimana sikap kita yang seharusnya apabila menghadapi suatu musibah?

Sikap dalam menghadapi musibah, ada 3 :
1. Sabar
2. Ridho
3. Bersyukur

1. Sabar
Sabar adalah batas minimal menghadapi musibah. Tidak ada pilihan lain kecuali Bersabar. Tidak ada yang lebih rendah daripada Sabar. Setelah itu kemudian Ridho dan kemudian Bersyukur.
Sabar itu menahan gejolak di dalam diri kita untuk melakukan hal-hal yang melanggar syariat Allah.

Mari kita lihat Surat Al-baqarah ayat 155 dan 156

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Sesungguhnya kesabaran itu terletak pada detik pertama (pukulan pertama) ketika mendapat ujian. Harus Sabar tidak ada pilihan karena jika tidak bersabar maka akan mendatangkan dosa.

2. Ridho
Barang siapa yg ridho maka dia akan mendapat ridho Allah. Tidak mau yang lain karena dia yakin kepada Allah. Yang kecewa maka dia akan mendapat murka Allah.

Orang yang Ridho ia tidak mau kecuali apa yang telah Allah takdirkan untuknya. Jika sudah sampai tahap ini maka hidup akan lebih tenang.

3. Syukur
Syukur adalah tingkatan tertinggi ketika menghadapi suatu musibah.
Jika ditimpa suatu musibah ucapkanlah Alhamdulillah ala kulli hal.

Bisa dilihat pada Surat Ibrahim ayat 7 :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".


Kabar gembira buat mereka yang sabar dalam musibah Q.S Al Baqarah : 155
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah2an. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Pengaruh Maksiat terhadap Manusia

Beberapa hari yang lalu saya membaca status seorang teman di tanah air,
"Ya Allah benarkah ini ada sebab akibatnya? sang ayah membunuh janin/dokter aborsi, sang anak membunuh manusia dewasa #istighfar... ampunilah dosa-dosaku dan jauhkanlah anak-anakku dari akibat buruk dosa-dosaku #istighfar"

hmm...sontak ngeri membayangkan kejadian itu jika benar-benar terjadi. Tapi, memang ternyata peristiwa itu benar-benar terjadi di sebuah negeri yang konon katanya "tanah surga"! 
astaghfirullohal adziim wa audzubillahi min dzaalik 

Sejenak saya pun merenungkan sebuah tulisan tentang pengaruh maksiat...

1. Pengaruhnya terhadap hati
Maksiat dapat menjadikan hati kita sakit, sesak, dan tidak tenang, jauh dari Allah.
2. Pengaruhnya terhadap agama
Maksiat dapat menghalangi seseorang untuk melakukan ketaatan, juga menghalangi dari do'a Rasulullah, malaikat dan orang-orang beriman.
3. Pengaruhnya terhadap rezeki
Maksiat dapt menghalangi seseorang dari rizki, menghilangkan nikmat, dan menghapus keberkahan harta.
4. Pengaruhnya terhadap individu
Maksiat dapat menghilangkan keberkahan umur, kesulitan hidup, dan kerumitan dalam segala urusan.
5. Pengaruhnya terhadap amal perbuatan
Maksiat dapat  menghalangi diterimanya amal perbuatan.
6. Pengaruhnya terhadap masyarakat
Maksiat dapat menghilangkab rasa aman, kekacauan, permasalahan sosial, menjauhnya keberkahan, dan sebagainya

Astaghfirullohal adziim... luar biasa sekali dampak dari perbuatan maksiat ini. Bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat mencabut rahmat Allah dan keberkahan pada lingkungan atau masyarakat sekelilingnya.

Mari segerakan taubat...taubat...taubatan nasuha. taubat yang sesungguhnya.
Caranya?
- Menyesali perbuatan maksiat/dosanya
- Mohon ampun pada Allah
- Berjanji untuk tidak mengulainginya kembali
Setelah itu, hendaknya kita perbanyak amal sholeh dan terus mendekatkan diri pada Allah.

wallohu a'lam bish showab

Sunday, February 16, 2014

Hikmah Musibah : Perbanyak Amalan

Mengurangi maksiat menjauhkan dari musibah.

Bencana dan musibah merupakan sebuah keniscayaan dan selalu beriringan dengan langkah umat Muslim. Seseorang yang tertimpa musibah hendaknya tidak berkeluh kesah dan menyalahkan Allah SWT.

Tentu, kita sebagai manusia selalu memohon kebaikan dan keselamatan dalam hidup, termasuk di dalamnya dijauhkan dari musibah dan bencana.

Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ustaz Ahmad Satori Ismail mengatakan dalam menghadapi musibah umat Islam harus bersikap sabar. “Hendaknya kita ucapkan lafaz, Innalillahi wa inna ilahi rajiun sambil memanjatkan doa,” ujar Ustaz Satori.

Karena, sesungguhnya apa-apa yang ada di dunia, termasuk diri kita, adalah milik Allah SWT. Cepat atau lambat akan kembali kepada-Nya. Sedangkan, doa yang dapat dipanjatkan, di antaranya Allahuma jurni fi musibati wa akhlif li khairun minha.

Doa yang diriwayatkan Muslim tersebut mengandung arti meminta pahala dari musibah yang terjadi dan berharap dapat pengganti yang lebih baik dari yang telah hilang saat terjadi musibah.

Dalam Alquran surah ar-Ruum ayat 41, Allah SWT menyebutkan kerusakan di muka bumi disebabkan tangan manusia. Karenanya untuk menghindari bencana, kata Ustaz Satori, manusia harus menghentikan perilaku merusak.

Secara maknawi amalan yang harus dilakukan adalah mengurangi maksiat. Hal itu berdampak pada kerusakan jiwa umat Islam.
Setiap dosa atau titik hitam yang dilakukan oleh manusia pasti mendapatkan balasannya. Balasan tersebut dapat terjadi di dunia maupun akhirat.

Maksiat yang terjadi awalnya karena kurang bersyukurnya umat dengan apa yang telah diberikan. “Mereka terkadang kurang puas dengan harta yang didapatkan sehingga menimbulkan korupsi,” ungkap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu.

Di samping itu, pejabat sebagai ulil amri juga harus bertanggung jawab dalam terhadap kepemimpinannya. Penanganan bencana pun harus menjadi pelajaran agar tidak terperosok ke lubang dua kali.

Selain menghindari maksiat, amalan lain yaitu melakukan amalan jariyah yang tidak terputus pahalanya. Amal jariyah tidak hanya menyumbangkan uang, tetapi juga dengan memperhatikan lingkungan.

Mereka dapat membersihkan sungai dan selokan agar sungai tersebut dapat mengalir dengan lancar. Menjaga pepohonan dan menanam pohon untuk mempermudah penyerapan air hujan.

Membangun masjid dan jalan raya juga bagian dari amalan yang tidak terputus pahalanya. Selain itu, doa dan zikir pun senantiasa dipanjatkan untuk mendapatkan perlindungan Allah SWT di dunia dan akhirat.

Doa yang dipanjatkan meminta pada Allah SWT agar tidak diberikan musibah yang berat. Jangan sampai mendapatkan musibah untuk agamanya dan jangan sampai dijadikan orang yang terlalu cinta pada dunia.
Ya Allah, tolaklah untuk kami bala berbagai musibah, wabah-wabah penyakit di negeri kami khususnya dan negara umat Muslim,” ujarnya.

Sedangkan, zikir yang paling hebat kekuatannya adalah mengucapkan istighfar. Umat Islam dapat mengamalkan istighfar pendek maupun yang panjang dan juga sayyidil istighfar.

Pimpinan Majelis Az Zikra Ustaz Muhammad Abdul Syukur mengatakan untuk menghindari bencana sebaiknya umat Islam melakukan tobat. Bukan hanya orang yang pernah terkena bencana atau musibah, melainkan juga seluruh umat Muslim.

“Tanpa kita sadari perilaku yang kita perbuat bisa saja menimbulkan bencana,” ujarnya. Ustaz Abdul Syukur menjelaskan ketika seseorang sengaja atau tidak membuang sampah sembarangan, hal itu berdampak pada sungai dan selokan yang tersumbat sehingga air hujan yang jatuh ke bumi kesulitan untuk mencari aliran air. Dampaknya terjadi pada tergenangnya wilayah hingga ke permukiman penduduk.

Dia menceritakan mengenai musibah bencana yang terjadi pada masa Sayyidina Umar bin Khattab. Ketika itu telah terjadi bencana kekeringan, Umar pun mengajak umat Muslim untuk membangun ketakwaan.

“Mari tingkatkan ketakwaan dengan hal yang diketahui oleh khalayak maupun yang belum diketahui,” ujar Umar bin Khatab ketika itu. Setelah meningkatkan ibadah pada Allah SWT sambil memohon mengangkat musibah, selang satu tahun doa tersebut dijawab Allah SWT.

Allah SWT kemudian mengubah keadaan wilayah yang mengalami kekeringan dan kesulitan air mendapatkan berkah air yang berlimpah. Saat ini, bencana dan musibah yang terjadi tidak hanya diatasi dengan bantuan yang sifatnya fisik.

Bantuan sosial, baik sandang, pangan, maupun papan, memang dibutuhkan, tetapi sebagai umat Islam tidak boleh lupa untuk memanjatkan doa dan beristighfar memohon pertolongan dan ampunan Allah SWT.

Ustaz Syukur melanjutkan, lafaz Innalillahi wa inna Ilaihi rajiun jangan sekadar diucapkan sebatas lisan saja, tetapi juga harus dimaknai dengan perbuatan dan mental untuk kembali pada Allah SWT.

Musibah adalah satu bentuk kepastian yang terjadi di dunia dan bagi orang beriman, akan menjadi sebuah ujian yang mampu meningkatkan derajat mereka. Dengan menghadapi musibah, justru diharapkan akan semakin dekat dengan Allah SWT.

wallohu a'lam bish showab

sumber : republika.co.id