sumber gambar : dari sini
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya
di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik
maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka
rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging
itu adalah hati."
[HR. Bukhari-Muslim].
Pengelompokan Hati Manusia
Hati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi: Qalbun Shahih (hati yang suci), Qalbun Maridl (hati yang sakit) dan Qalbun Mayyit (hati yang mati), .
Pertama, Qalbun Shahih
yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu
yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan dari setiap
penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari
pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada
selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah
(cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan
mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah
Subhanahu wa Ta'ala semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena
Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah, jika
memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya dan jika tidak memberi,
juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja, tapi diiringi dengan
kepatuhan hati dan bertahkim (berhukum) kepada syari'at-Nya. ia mempunyai landasan
yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam sebagai suri tauladan dalam segala hal. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."[QS. Al-Hujurat:1].
Ciri-ciri Qalbun Shahih
1. Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana telah diwasiatkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Umar : "Jadikanlah dirimu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi suatu jalan." [HR. Bukhari].
2. Jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi, melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu'adz berkata: "Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya."
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
5. Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya dan kesusahan karena urusan dunia. Sebab di dalam sholat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakanya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur (malas) untuk mengingat Allah dan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada keikhlasan dalam beramal, mengikuti petunjuk syari'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di samping ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengakui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kedua, Qalbun Marid
adalah hati yang sebenarnya memiliki
kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa
kejahilan (kebodohan). Hati yang sedang sakit akan mudah menjadi parah
apabila tidak diobati dengan hikmah (kebijaksanaan) dan mau'idzah (nasehat). Seperti difirmankan
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan
setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan yang keras hatinya." [QS. Al-Hajj:53].
Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. "[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya." [QS. Al-Ahzab:32].
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia sedang sakit, bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari.
Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan. Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: "Fi Qulubihim Maradhun" [QS.Al-Baqarah:10]. artinya: "Dalam hati mereka terdapat penyakit." “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Ketiga,Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat,
hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau
ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan
memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan
Allah Subhanahu wa Ta'ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak
peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang
dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika
mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci,
memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala.Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. "[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya." [QS. Al-Ahzab:32].
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia sedang sakit, bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari.
Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan. Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: "Fi Qulubihim Maradhun" [QS.Al-Baqarah:10]. artinya: "Dalam hati mereka terdapat penyakit." “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Ketiga,Qalbun Mayyit
Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menutup hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu'." [QS. Al-An'am:25].
Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula." [QS. Fushilat:5].
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman. "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.” [Al-Baqarah:17-18].
Ciri-ciri Qalbun Mayyit
1."Tarkush sholah" Berani meninggalkan sholat fardhu
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS 7:3)
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca bahkan menjauh dengan ayat-ayat Alqur'an
4. "Hubbul ma'asyi" Terus menerus ma'siyat
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing dan buruk sangka, serta merasa dirinya selalu lebih suci
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dengan nasehat baik dan ulama
7, "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan dan akhirat
8. "Himmatuhul bathni" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya
9. "Anaaniyyun" tidak mau tau, "cuek" atau masa bodoh keadaan orang lain, saudara bahkan bisa jadi keluarganya sekalipun menderita
10. "Al intiqoom" Pendendam hebat
11. "Albukhlu" sangat pelit
12, "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan dan dengki.
So, mari kita koreksi diri...segera general check up yuuuk... jangan biarkan hati kita dalam kondisi sakit, sekarat atau sampai (naudzubillah) mati. Lantas apa obatnya?
Ketika hati itu sakit karena KEMAKSIATAN, berarti obatnya adalah KETAATAN.
Dalam sebuah lagu yang bernuansa nasehat, yang berjudul "Tombo Ati" disebutkan bahwa obat hati itu (diantaranya) adalah:
1. Membaca Al Qur'an dan maknanya
2. Sholat malam (tentunya sholat fardlu-nya juga tidak ditinggalkan yaa)
3. Berkumpul dengan orang sholeh, seperti berkumpul dalam majelis ilmu, majelis dzikir, dan sebagainya.
4. Berpuasa
5. Berdzikir
Wallohu a'lam bish showab
sumber :
- Tazkiyatun Nufus oleh Dr. Ahmad Farid
- Amraadlul Qulub wa Sifaauha oleh Ibnu Thaimiyah
- dan sumber-sumber lainnya
No comments:
Post a Comment