Saturday, June 8, 2013

Renungan Isra' Mi'raj

Alhamdulillah, sekarang kita berada di penghujung bulan Rajab 1434 H. Jika kita membaca siroh, ada sebuah peristiwa besar yang dialami oleh  Rasulullah juga di penghujung Rajab (menurut pendapat yang umum). Tepatnya tanggal 27 Rajab sekitar tahun 10-12 kenabian. Untuk tahunnya ini terdapat beberapa pendapat, tapi menurut siroh, yang jelas peristiwa ini terjadi setelah meninggalnya Abu Tholib dan Kahadijah ra.

Peristiwa Isra’ Mi’raj dapat dikatakan terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra’, Nabi Muhammad SAW, “diberangkatkan” oleh Allah Ta’ala dari Masjidil haram sampai Masjidil Aqsha, dari Makkah ke sampai Jerusalem. Lalu, dalam Mi’raj, Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke langit tertinggi Sidratul Muntaha.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS Al Isra (17) : 1)



Dalam ayat tersebut digunakan kata "Subhana" untuk menggambarkan betapa Allah Maha Agung dan maha Suci. Ditambah lagi penggunaan kata Subhanalloh biasa dilakukan untuk men-Suci-kan nama Allah atas segalanya, dalam hal ini adalah atas celaan atau nada-nada tak percaya dari orang-orang kafir.

Ada beberapa hal yang menjadi kontraversi terkait peristiwa Isra' Mi'raj ini, yakni :
1. Apakah peristiwa ini hanya dialami oleh ruh Rasulullah saja atau beserta jasad beliau SAW?
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa Isra' Mi'raj ini hanya perjalanan ruhani saja, seperti bermimpi. Orang-orang yang mengedepankan logika lah yang berpendapat seperti ini, bukan orang yang "melihat" bahwa ini adalah suatu hal yang dilakukan oleh Rabb yang Maha segalanya, yang bisa berkehendak apa saja. Lagi pula, seandainya ini adalah perjalanan ruhani saja, maka tidak perlulah orang-orang kafir ikut "heboh" dibuatnya. karena mereka pada waktu itu sudah mempercayai akan hal-hal yang bersifat ghaib. namun yang terjadi, seperti yang diceritakan di siroh, adalah mereka meragukan kejadian ini bahkan mencaci rasulullah SAW. Jadi, sebenernya pendapat ini kurang kuat argumentasinya.
Sebagian yang lain, termasuk pendapat umum kaum muslimin, adalah Isra' Mi'raj ini perjalanan ruh dan jasad Raslullah SAW. Pendapat ini lebih sesuai jika dilihat dari siroh.
2. Hadits tentang tawar-menawar raka'at.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Allah mewajibkan atas umatku 50 shalat dan aku kembali dengan perintah itu, sampai aku melewati Nabi Musa di mana dia bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?” Aku menjawab, “Allah mewajibkan 50 shalat.”Musa berkata, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa dan berkata, “Allah telah menghapuskan sepatuhnya.”
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah berkata, “Shalat itu lima (waktu) dan dinilai lima puluh (pahalanya) dan perkataan-Ku tidak akan berganti.” Aku kembali lagi kepada Musa.
Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu.” Namun aku berkata, “Aku sudah malu kepada tuhanku.”(HR Bukhari Muslim)
Hadits tersebut terdapat di dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim. jadi, tidak perlulah kita meragukan lagi ke-shahih-an hadits ini.
3. Perayaan Isra' Mi'raj
 Pada masa Rasulullah SAW hidup, beliau tidak pernah merayakannya. Begitu pula para sahabat. Pada perkembangannya, ulama memiliki pandangan yang berbeda terkait tentang perayaan Isra' Mi'raj.
Ada ulama yang membid’ahkan perayaan-perayaan seperti disebutkan di atas, biasanya berargumen bahwa apa saja kegiatan keagamaan yang tidak ada contoh dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para shahabat, berarti hukumnya bid’ah. Dan semua jenis bid’ah itu sesat dan orang sesat itu tempatnya di neraka.
Mereka umumnya sangat khawatir kalau urusan mengadakan perayaan maulid, isra’ mi’raj dan nuzulul quran akan menyeret diri mereka ke neraka. Dalilnya sederhana saja, karena semua itu tidak pernah dilakukan di zaman nabi, maka siapa saja yang melakukannya dianggap telah membuat agama baru dan tempatnya kekal di dalam neraka.
Ada pula ulama yang membolehkan meski di zaman Nabi tidak pernah dilakukan, namun menurut mereka tidak lantas kegiatan seperti itu bisa dianggap sebagai bid’ah sesat dan membawa ke neraka.
Sebab yang termasuk bid’ah hanyalah bisa seseorang menambah ritual peribadatan, seperti shalat yang ditambahi rukun atau rakaatnya. Sedangkan kegiatan peringatan maulid nabi, menurut mereka, tidak ada kaitannya dengan ibadah rtitual, namun lebih terkait dengan masalah teknis muamalah. Dan dalam masalah muamalah, prinsipnya apapun boleh dilakukan selama tidak melanggar hal-hal yang memang secara tegas dilarang.

Hikmah peristiwa isra' Mi'raj :
1. Isra' Mi'raj adalah perjalanan yang nyata bukan khayalan Rasulullah.
2. Isra' Mi'raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah untuk Rasulullah SAW, sekaligus penghibur hati, obat kesedihan yang dialami Rasulullah. Karena sebelumnya, beliau SAW bersedih atas meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah ra (amul huzni), juga mengalami pengusiran saat berdakwah di Thaif.
3. Isra' Mi'raj bukanlah peristiwa yang sederhana, bahkan menjadi bukti akan kebesaran Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al Isra 1 dan An Najm 13-18.
4. Isra' Mi'raj adalah pembuktian bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Isra adalah perjalanan Rasulullah melintasi ribuan kilometer dari Mekah ke Jerussalem. Hal ini menunjukkan bahwa syariat Islam diperuntukkan bukan hanya untuk penduduk Mekah, melainkan seluruh umat manusia.
5. Dalam Isra' Mi'raj diturunkan perintah sholat wajib 5 waktu.
Sholat adalah ibadah yang memiliki keistimewaan, diantaranya adalah perintah sholat ini disampaikan oleh Allah di "langit" saat Rasulullah Mi'raj ke sidratul muntaha, ibadah sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab, sholat ini bisa menghapus dosa (dosa-dosa kecil)

Masya Allah sungguh banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari peristiwa Isra' Mi'raj. pertanyaannya kemudian adalah sudahkah pengetahuan kita tentang hal ini membuat semakin bertambah keimanan kita? Sudahkan sholat - yang merupakan oleh-oleh dari Isra' Mi'raj- kita mengalami perbaikan kualitas dan kuantitasnya seiring dengan semakin seringnya kita mendapat tausyiah di saat peringatan hari besar Islam Isra' Mi'raj?

Astaghfirulloh....faghfirlii, ya Robbii...

Bismillah, mari kita terus berupaya memperbaiki kualitas dan kuantitas sholat kita, khususnya sholat fadhu. kalau yang fardlu sudah OK, tingkatkan kualitasnya...kekhusuykannya... kl sudah OK, tambah dan hiasi dengan yang sunnah.
Semoga nilai-nilai dari sholat menghiasi setiap aktivitas kita, sehingga kedekatan hubungan kita dengan Allah pun selalu terjaga.

sumber : dakwatuna dan fimadani

No comments:

Post a Comment